Digital transformation terus meningkat seiring dengan meningkatnya atau beragamnnya cara kita bekerja, hidup, berbelanja, dan berkolaborasi secara online. Sebagai organisasi yang menjalani digital transformation, cloud dan khususnya dynamic multiclouds merupakan pilihan platform bagi organisasi. Bagaimanapun, lingkungan ini membawa skala, kompleksitas, dan frekuensi perubahan yang secara eksponensial lebih besar daripada data-center dunia yang sebelumnya. Dikombinasikan dengan kelangkaan sumber daya, perubahan ini menciptakan gangguan besar-besaran dalam operasi TI.
Report ini menyoroti tantangan yang dihadapi organisasi saat mereka memerangi kompleksitas multicloud environment dan mengapa observasi tingkat lanjut, otomatisasi berkelanjutan, dan bantuan Artificial Intelligence menjadi hal yang penting untuk kesuksesan bisnis digital di tahun 2020.
1.Digital teams are under more pressure than ever
Organisasi semakin bergantung kepada aplikasi dan cloud tempat mereka menjalankan revenue, terhubung dengan pelanggan, dan membuat karyawan tetap produktif. Hal ini menciptakan tekanan yang lebih besar untuk mempercepat kemajuan dari inisiatif transformasi digital. Untuk menjaga produktivitas, memenuhi kebutuhan pelanggan, dan mengikuti persaingan, tim digital harus berinovasi lebih cepat, berkolaborasi lebih efisien, dan memberikan banyak nilai bisnis – semuanya dengan sumber daya yang lebih sedikit.
Demand for IT services and digital transformation is increasing
CIO mengatakan bahwa tim mereka berada dibawah tekanan yang berasal dari:
Bagaimanapun, tim digital sudah kewalahan dan berjuang untuk memberikan semua yang mereka butuhkan, seperti mendedikasikan sebagian besar sumber daya mereka untuk melakukan tugas-tugas yang intensif secara rendah untuk sekedar “keep the lights on”. Masalah ini akan menjadi lebih parah karena beban kerja TI terus meningkat dan tekanan dari bisnis juga meningkat.
2. Cloud-native migration is increasing complexity
Lingkungan Hybrid dan cloud-native merupakan kekuatan pendorong dalam transformasi digital. Microservices, container, dan Kubernetes membantu organisasi mencapai ketangkasan yang mereka butuhkan untuk mengakselerasikan inovasi dan mencapai outcome bisnis yang lebih sukses. Namun, kompleksitas dari pengelolaan ekosistem ini meningkat secara dramatis sebagaimana mereka menskalakan diri dan menjadi lebih dinamis. Hal ini menumpuk pada tekanan yang sudah diregangkan oleh cloud dan tim operasi TI, yang berjuang untuk bertahan.
CIO mengataan bahwa organisasi mereka berinvestasi pada teknologi cloud-native, platform, dan pembangunan strategi, termasuk:
Service cloud-native |
Penggunaan organisasi yang meningkat dalam 12 bulan |
|
Microservices |
70% |
46% |
Containers |
70% |
46% |
Kubernetes |
54% |
37% |
PaaS |
71% |
46% |
SaaS |
92% |
64% |
IaaS |
87% |
60% |
Hybrid cloud |
81% |
62% |
Multicloud |
78% |
56% |
3.Traditional tools and manual approaches can’t keep up
Tim TI semakin meningkat dari yang sebelumnya karena semakin bergantung pada arsitektur dinamis yang lebih terdistribusi. Containers dan microservises datang dan pergi dalam watu yang sebentar dan tim IT dihadapkan pada volume, kecepatan, dan berbagai data dari metric, logs, dan jejak yang berada di luar jangkauan kemampuan manusia untuk menanganinya. Tidak mungkin lagi mengikuti laju perubahan menggunakan pendekatan manual untuk mengkonfirgurasi dan menginstrumentasi aplikasi, atau skrip dan sumber data. Ada terlalu banyak bagian yang bergerak dalam tim TI untuk memahami semuanya menggunakan metode tradisional yang melibatkan array dari monitoring tools yang terputus dan proses manual.
CIO mengutip hambatan dalam memantau lebih banyak aplikasi mereka seperti sebagai berikut:
4. A radically different approach is needed
Agar organisasi berhasil pada tahun 2020, para pemimpin TI harus menemukan pendekatan yang sangat berbeda untuk ITOps, DevOps, dan digital experience management. Tebakan statistik saja tidak cukup – tim digital perlu jawaban tepat yang merinci status lingkungan multicloud mereka saat ini. Tidak ada waktu untuk mengonfigurasi dan melengkapi lingkungan ini secara manual – aplikasi, microservices, dan container harus secara terus menerus akan otomatis terdeteksi. Pemetaaan entitas dan baseline dari performansi harus diperbaru secara terus menerus dan segalanya perlu secara otomatis diperhatikan, dianalisis, dan disesuaikan 24/7. Hanya dengan begitu tim digital dapat berkolaborasi lebih baik dan fokus pada lebih banyak tugas yang menambah nilai yang mengoptimalkan pengalaman pelanggan dan meningkatkan outcome bisnis.
CIO mengatakan kapabilitas paling penting yang perlu mereka kelola dari kinerja layanan digital mereka ialah:
5. Observability, automation, and AI are key to driving business success
Untuk memahami apa yang terjadi di lingungan hybrid multicloud yang dinamis, organisasi perlu melakukan pelacakan terdistribusi dan kemampuan pemetaan topologi yang real-time. Mereka membutuhkan detail code-level pada hubungan antar entitas dan interdependencies, serta pengalaman pengguna dan data perilaku, semuanya didalam konteks. Pengamatan tingkat lanjut dengan otomatisasi berkelanjutan dan bantuan AI tidak lagi bagus untuk dimiliki; itu merupakan keharusan bisnis.
Setiap CIO berharap untuk merasakan manfaat dari peningkatan penggunaan otomatisasi dalam operasi cloud dan TI, dengan keuntungan terbesar dikutip seperti sebagai berikut:
CIO mengutip hambatan utama untuk otomatisasi ialah:
Methodology
Laporan ini didasarkan pada survey global terhadap 700 CIO di perusahaan besar dengan lebih dari 1.000 karyawan, dilakukan oleh Vanson Bourne dan ditugaskan oleh Dynatrace. Sampel termasuk 200 responden di AS, 100 di Inggris, Prancis, dan Jerban, serta 50 di Australia, Singapura, Brasil, dan Meksiko.
The Dynatrace Difference
Platform Perangkat Lunak Intelijen Dynatrace mengatasi tantangan ini dan membantu organisasi untuk mengelola multicloud hybrid environment mereka dengan pengamatan otomatis dan cerdas dalam skala besar. Dengan beberapa modul pada satu platform, didukung oleh model data terpadu, Dynatrace mengurangi kebutuhan tersebut agar tim digital mengandalkan monitoring tools untuk mengelola kinerja layanan digital dan pengalaman mengguna. Mesin AI nya, Davis TM, memberikan ketepatan jawaban pada tim atas penurunan kinerja atau anomali sistem. Jawaban ini diprioritaskan oleh pengaruh bisnis dan dipasangkan dengan penentuan root cause. Hal ini membantu mengubah cara kerja tim, memungkinkan mereka memberikan layanan baru dengan lebih cepat dan secara proaktif mengoptimalkan pengalaman digital untuk pengguna dan pelanggan mereka.
Why Dynatrace is radically different:
Automatic |
All at the core |
Full-Stack |
Enterprise-scale |
Konfigurasi zero-touch, penemuan berkelanjutan dan pemetaan topologi secara realtime, memberi jawaban dengan instan, dan identifikasi penyebab yang tepat |
Mesin AI, Davis TM, yang dibangun di dalam inti dari Platform Dynatrace, memproses milyaran ketergantungan proses untuk pemberian jawaban yang tepat secara instan diluar kemampuan manusia |
Memahami semua hubungan dan interdependencies dari atas hingga ke bawah, dari end-user experience ke infrastructure health |
Menskalakan arsitektur cloud-native, role-based governments untuk tim global yang besar, dan entrprise-wide deployment secara otomatis |
Digital transformation terus meningkat seiring dengan meningkatnya atau beragamnnya cara kita bekerja, hidup, berbelanja, dan berkolaborasi secara online. Sebagai organisasi yang menjalani digital transformation, cloud dan khususnya dynamic multiclouds merupakan pilihan platform bagi organisasi.
Read More