MII is ready to help businesses become agile and resilient through the power of technology
Secure, managed public cloud services with a network-centric design and multiple layers of security
Our goal is to make sure every project that you trust us—no matter how complex— leads to a successful, satisfactory outcome
MII develop proven methodologies, deliver holistic perspective, capture across framework boundaries
Investment in the right technology help block the most persistent cyber threats
MII manage data and turn it into meaningful and relevant business insights
Providing the platforms that your business needs to succeed
Optimize and secure hybrid IT across your network infrastructure
MII help you drive and manage your innovation through our enterprise-grade consulting, technical & support
IT training with international standards in collaboration with leading technology service providers worldwide
MII provides solutions to customers from the stages of design and POC, consulting, implementation, support, maintenance, services, and training
See MoreDiscover use cases of technology implementation across various industries
View all Use case
PT Mitra Integrasi Informatika (MII) dan Metrodata Academy berhasil mendapatkan 2 penghargaan dari EC-Council sebagai:2025 EC-Council Academia Circle of Excellence Award 2025 EC-Council Instructor (CEI) Circle of Excellence Award (Taufan Hidayat, IT Trainer, MII)Metrodata Academy berhasil terpilih sebagai ‘2025 EC-Council Academia Circle of Excellence Award’ untuk regional APAC karena konsisten menunjukkan keunggulan dalam pendidikan keamanan siber, inovasi program, serta pencapaian tinggi pada sertifikasi EC-Council dan keterlibatan aktif dalam berbagai kegiatan komunitas maupun acara resmi EC-Council.Penghargaan kedua yakni ‘2025 EC-Council Instructor (CEI) Circle of Excellence Award’ untuk regional APAC diberikan kepada Taufan Hidayat (IT Trainer, MII) diraih berkat dedikasi mereka sebagai instruktur yang memberikan dampak jangka panjang positif terhadap perkembangan pengetahuan keamanan siber bagi siswa & komunitas lokal.Metrodata Academy merupakan bagian dari Metrodata dan MII sebagai wujud kontribusi untuk pengembangan talenta digital di Indonesia yang berfokus pada 4 pilar yaitu:Metrodata Training Metrodata IT Camp Metrodata Internship Metrodata MengajarApresiasi membanggakan dari EC-Council ini semakin membuktikan MII & Metrodata Academy sebagai mitra terbaik EC-Council yang menyediakan pendidikan, pelatihan & kepemimpinan terbaik di industri TI.
This award is a competitive, global recognition of excellence among Microsoft partners. The award winners are a select group of partners who truly stand out in a distinguished field. The 2025 award winners will be recognized at Microsoft Ignite in November. Our solution, which solves customer challenges, is the result of your ingenuity, hard work, and dedication. This award recognition means greater visibility for our solutions and services, and we look forward to how it will help us: Create new business opportunities and strengthen existing relationships.Generate positive press coverage.Increase our market recognition. Thank you for your contributions to our achievements leading to this award. I look forward to what we can achieve next! Learn more about this year’s winners by reading the official Microsoft announcement blog on November 12. We look forward to celebrating our 2025 achievements.
Qlik AI Reality Tour merupakan rangkaian global yang digelar di berbagai negara untuk menunjukkan bagaimana data dan AI dapat diimplementasikan secara nyata dalam dunia bisnis. Untuk pelaksanaan di Indonesia, Qlik menunjuk PT Mitra Integrasi Informatika (MII) sebagai sponsor sekaligus partner strategis, mencerminkan posisi MII sebagai salah satu mitra terbesar dan terpercayaQlik menampilkan pendekatan berbeda terhadap solusi AI, bukan sekadar analitik, tetapi embedded AI yang tertanam di setiap proses bisnis, menjawab tantangan di tengah pasar yang berubah cepat dan menuntut efisiensi ekonomiPeserta juga mengeksplorasi bagaimana data dan AI mendorong inovasi, ketepatan keputusan, serta nilai ekonomi baruMelalui sesi demo & booth konsultasi AI, MII dan Qlik membuka ruang diskusi tentang penerapan solusi AI yang adaptif terhadap tantangan bisnis nyataAcara ini menjadi ajang kolaborasi para profesional untuk membangun masa depan bisnis yang lebih cerdas, melalui pemanfaatan data secara strategisOpening & Closing Remarks:Kartiwan Johanes DirectorPT Mitra Integrasi InformatikaJJ TanSenior Director, SE Asia & KoreaQlikArif NandaDivision ManagerPT Mitra Integrasi InformatikaDemo session:LuckySolutions EngineerPT Mitra Integrasi Informatika
Selama dua dekade terakhir, dunia teknologi telah menyaksikan transformasi besar dalam cara organisasi memandang solusi backup. Jika dulu backup hanya dianggap sebagai proses administratif, sekadar membuat salinan data untuk berjaga-jaga, kini perannya berubah drastis menjadi komponen vital dalam strategi keamanan siber (cybersecurity). Pergeseran ini terjadi seiring meningkatnya ancaman ransomware, serangan siber, dan kebocoran data yang menargetkan infrastruktur TI di berbagai sektor.Pada masa awal, backup dianggap beban tambahan. Banyak perusahaan menjalankannya hanya untuk kepatuhan (compliance) atau kebutuhan audit. Solusi yang digunakan pun sederhana: tape library atau hard drive eksternal yang disimpan secara fisik di lokasi berbeda. Namun, pendekatan ini memiliki kelemahan besar, seperti waktu pemulihan lama, risiko kehilangan media, dan kerentanan terhadap kesalahan manusia.Memasuki era virtualisasi dan cloud, paradigma berubah. Backup mulai dipandang sebagai bagian dari strategi bisnis berkelanjutan (business continuity). Munculnya teknologi snapshot, deduplikasi, dan cloud storage membuat backup menjadi lebih efisien dan terjangkau. Vendor seperti Veeam, Veritas NetBackup, dan Cohesity mulai menggabungkan kemampuan replikasi, orkestrasi disaster recovery, serta integrasi cloud, menjadikan backup bukan lagi aktivitas reaktif, tetapi strategi proaktif menjaga ketersediaan data.Transformasi besar terjadi ketika gelombang serangan ransomware meningkat tajam sejak 2020. Organisasi menyadari bahwa backup adalah “the last line of defense,” yaitu pertahanan terakhir ketika seluruh sistem dikompromikan. Dari sinilah lahir tren immutable backup dan air-gapped architecture, konsep di mana data backup disimpan dalam format yang tidak dapat diubah atau dihapus oleh malware. Teknologi ini kini menjadi standar baru dalam dunia keamanan data.Seiring berkembangnya konsep Zero Trust dan integrasi keamanan berbasis AI, solusi backup modern tidak lagi berdiri sendiri. Cohesity, Rubrik, dan Commvault kini menggabungkan fitur deteksi ransomware, audit berbasis anomali, dan enkripsi end-to-end. Veeam menambahkan kemampuan otomatisasi pemulihan cepat (instant recovery) dan integrasi dengan SIEM serta platform keamanan cloud. Bahkan, NetBackup dari Veritas (kini bagian Cohesity) memperluas fungsinya menjadi platform data resilience berbasis AI.Kini, backup tidak hanya melindungi data, tetapi juga menjadi bagian dari strategi keamanan terpadu (integrated security architecture). Solusi backup modern mampu mendeteksi serangan, mengisolasi sumber infeksi, dan memulihkan sistem dengan cepat tanpa kontaminasi ulang.Dari masa ketika backup hanyalah formalitas, kini ia berdiri sejajar dengan firewall, antivirus, dan sistem deteksi ancaman sebagai fondasi utama keamanan digital modern. Dunia IT akhirnya menyadari bahwa tidak ada keamanan tanpa backup yang tangguh.
Dalam satu dekade terakhir, VMware dikenal sebagai raksasa virtualisasi yang menjadi tulang punggung infrastruktur IT di seluruh dunia. Produk seperti vSphere, vSAN, dan NSX menjadi standar industri bagi perusahaan dalam membangun data center modern. Namun, sejak selesainya akuisisi besar oleh Broadcom Inc. pada November 2023, dinamika pasar berubah drastis. Gelombang besar perusahaan kini mulai mempertimbangkan, bahkan melakukan, apa yang disebut sebagai VMware Exit yaitu proses meninggalkan ekosistem VMware dan beralih ke platform alternatif yang dinilai lebih efisien, terbuka, dan ekonomis.Akuisisi senilai sekitar USD 69 miliar tersebut menandai salah satu kesepakatan terbesar dalam sejarah industri teknologi. Broadcom, yang sebelumnya sukses mengakuisisi CA Technologies pada 2018 dan Symantec Enterprise Division pada 2019, bermaksud memperluas portofolionya ke bisnis software infrastructure. Namun, setelah proses akuisisi VMware rampung, Broadcom melakukan serangkaian perubahan mendasar yang mengguncang ekosistem lama VMware. Model lisensi yang sebelumnya bersifat perpetual (beli sekali, pakai selamanya) dihapus dan digantikan oleh model subscription tahunan. Beberapa produk dihapus atau digabungkan menjadi satu paket besar bernama VMware Cloud Foundation (VCF), sementara ribuan pegawai dan mitra bisnis dipangkas dalam rangka penyederhanaan organisasi.Bagi pelanggan lama, perubahan tersebut tidak selalu disambut positif. Banyak organisasi yang selama bertahun-tahun mengandalkan VMware mulai menghadapi peningkatan biaya lisensi yang signifikan. Beberapa laporan menyebut kenaikan harga mencapai dua hingga tiga kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, kebijakan bundling membuat banyak perusahaan harus membayar untuk fitur yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Contohnya, organisasi kecil atau menengah yang hanya memerlukan vSphere untuk virtualisasi dasar kini harus membeli keseluruhan paket VCF yang mencakup vSAN, NSX, dan Aria Suite meski fitur-fitur itu tidak akan digunakan secara optimal.Tak berhenti di situ, restrukturisasi jaringan mitra (partner) VMware oleh Broadcom juga menimbulkan kekhawatiran di pasar. Banyak penyedia layanan dan integrator kehilangan status resmi mereka sebagai mitra VMware, yang berarti mereka tidak lagi memiliki akses langsung ke lisensi atau dukungan teknis resmi. Kombinasi antara kenaikan biaya, hilangnya fleksibilitas lisensi, dan ketidakpastian roadmap produk membuat sebagian besar pelanggan mempertanyakan arah masa depan VMware di bawah kendali Broadcom.Laporan riset dari Gartner dan Omdia pada 2024–2025 menunjukkan bahwa lebih dari 35 persen pelanggan enterprise VMware telah mulai mengevaluasi atau bahkan menjalankan migrasi ke platform alternatif. Motivasi mereka bervariasi, mulai dari efisiensi biaya, peningkatan fleksibilitas, hingga strategi modernisasi infrastruktur berbasis cloud-native dan hyperconverged. Fenomena ini menunjukkan bahwa keputusan Broadcom, meski logis dari sisi bisnis, menciptakan ruang besar bagi kompetitor untuk mengisi kekosongan di pasar virtualisasi enterprise.Beberapa solusi alternatif kini mencuat sebagai pilihan utama. Yang pertama adalah Nutanix AHV, yang menawarkan pendekatan hyper-converged infrastructure (HCI) dengan integrasi yang lebih sederhana dan biaya lisensi yang lebih fleksibel. Hypervisor AHV disertakan secara gratis dalam platform Nutanix, sehingga banyak organisasi melihatnya sebagai pengganti alami VMware vSphere. Migrasi ke Nutanix juga didukung alat bantu seperti Nutanix Move, yang mempermudah perpindahan workload tanpa perubahan signifikan pada aplikasi. Meskipun demikian, investasi awal pada perangkat keras tetap dibutuhkan, dan beberapa fitur jaringan tingkat lanjut belum sepenuhnya setara dengan VMware NSX.Alternatif berikutnya adalah Microsoft Hyper-V dan Azure Stack HCI, yang menjadi pilihan logis bagi organisasi yang sudah lama menggunakan ekosistem Windows dan Azure. Hyper-V sudah termasuk dalam lisensi Windows Server, sehingga biaya implementasi bisa ditekan. Selain itu, integrasi dengan layanan Azure memberikan fleksibilitas untuk membangun lingkungan hybrid cloud yang mulus. Namun, bagi perusahaan dengan aplikasi campuran antara Linux dan Windows, Hyper-V masih memerlukan konfigurasi tambahan agar mencapai performa optimal seperti yang selama ini disediakan oleh VMware.Di sisi lain, beberapa perusahaan memilih jalur open-source seperti Proxmox VE, KVM, atau OpenStack. Pendekatan ini memberikan kebebasan penuh dari vendor lock-in dan menurunkan biaya lisensi secara signifikan. Solusi open-source sangat menarik bagi organisasi dengan tim IT yang kuat dan terbiasa membangun sistem dari dasar. Akan tetapi, pengelolaan platform semacam ini membutuhkan keahlian teknis tinggi, terutama dalam mengatur keamanan, monitoring, dan integrasi backup serta disaster recovery.Selain itu, sebagian perusahaan mulai memindahkan workload mereka ke public cloud seperti AWS, Azure, atau Google Cloud. Pendekatan ini memberikan skalabilitas tinggi, kemudahan deployment, dan integrasi dengan layanan modern seperti AI dan analitik. Namun, tantangannya terletak pada pengendalian biaya jangka panjang, terutama terkait egress data dan compliance. Tidak semua aplikasi legacy mudah dipindahkan ke cloud tanpa melakukan refactor, sehingga transisi penuh ke cloud memerlukan strategi bertahap.Secara keseluruhan, fenomena VMware Exit bukan sekadar akibat dari ketidakpuasan terhadap kebijakan Broadcom, melainkan refleksi dari perubahan paradigma IT global. Dunia virtualisasi kini bergerak menuju arsitektur yang lebih terbuka, terdistribusi, dan berorientasi cloud. Bagi organisasi yang sedang berada dalam fase perencanaan ulang infrastruktur, langkah paling penting adalah melakukan evaluasi total biaya kepemilikan (TCO), memetakan dependensi aplikasi terhadap platform tertentu, serta menyiapkan roadmap migrasi yang realistis baik menuju Nutanix AHV, Microsoft Hyper-V, solusi open-source, maupun cloud publik.Akuisisi Broadcom terhadap VMware pada akhirnya menjadi katalis besar bagi transformasi pasar virtualisasi. Meski VMware tetap memiliki basis pelanggan yang kuat, perubahan besar dalam model bisnisnya telah membuka peluang bagi munculnya pemain baru dan mendorong inovasi di berbagai lini teknologi. Bagi banyak organisasi, keputusan untuk keluar dari VMware bukan hanya tentang mengganti platform, tetapi juga tentang mengambil kembali kendali terhadap arah strategis infrastruktur IT mereka agar tetap adaptif, efisien, dan selaras dengan kebutuhan bisnis masa depan.
Pada akhir 2024, industri backup enterprise dikejutkan oleh akuisisi besar: Cohesity resmi mengakuisisi unit bisnis proteksi data enterprise milik Veritas Technologies, termasuk produk legendaris NetBackup dan platform cloud-native Veritas Alta. Langkah ini menjadikan Cohesity sebagai salah satu penyedia solusi backup terbesar di dunia, dengan lebih dari 12.000 pelanggan global dan kapasitas perlindungan data mencapai ratusan exabytes.Akuisisi ini menjadi tonggak penting karena menyatukan dua kekuatan besar Cohesity, dengan arsitektur modern, keamanan berbasis Zero Trust, dan integrasi AI; serta Veritas, yang dikenal sebagai pionir di dunia backup enterprise tradisional. Dampaknya terasa luas di seluruh pasar enterprise IT. Cohesity kini tidak hanya memperluas jangkauan teknologinya, tetapi juga memperoleh basis pelanggan dari sektor-sektor besar seperti perbankan, pemerintahan, dan manufaktur yang selama bertahun-tahun mengandalkan NetBackup.Namun, perubahan ini juga menimbulkan pertanyaan penting: apa nasib Veritas setelah akuisisi ini? Berdasarkan pengumuman resmi, nama Veritas tetap ada, tetapi perusahaan kini terbagi menjadi dua entitas besar. Unit bisnis enterprise backup dan Alta resmi menjadi bagian dari Cohesity, sedangkan sisa portofolio seperti Backup Exec, InfoScale, dan solusi data compliance dipisahkan ke perusahaan baru bernama Arctera. Arctera akan fokus pada segmen menengah hingga SMB, serta memperkuat lini software-defined storage dan governance.Dengan demikian, NetBackup kini sepenuhnya berada di bawah kendali Cohesity, sementara Backup Exec tetap hidup di bawah Arctera. Transisi ini menciptakan peluang baru, tetapi juga tantangan bagi pelanggan lama. Banyak organisasi kini perlu meninjau ulang kontrak lisensi, kebijakan dukungan, serta roadmap produk mereka. Bagi pelanggan enterprise, kombinasi Cohesity-Veritas menjanjikan integrasi AI-driven protection, otomatisasi, dan keamanan yang lebih kuat. Namun, bagi pengguna tradisional, proses adaptasi ke platform baru bisa memerlukan waktu dan perencanaan matang.Secara industri, akuisisi ini menandai pergeseran besar tren backup menuju solusi keamanan terpadu (data security & resilience). Cohesity kini memosisikan diri bukan sekadar penyedia backup, tetapi sebagai pemimpin di era data protection meets cybersecurity. Sementara Veritas kini dalam bentuk Arctera, tetap mempertahankan warisan teknologi untuk pasar yang lebih luas, tetapi dengan arah bisnis yang lebih fokus dan ramping.Dengan langkah ini, dunia backup memasuki era konsolidasi baru: Cohesity berdiri sebagai raksasa baru, sementara nama besar Veritas bertransformasi menjadi babak berikutnya dalam sejarah perlindungan data modern.